Kajian Kitab Tarbawiy
PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT SYAIKH IBRAHIM BIN ISMAIL
(SYEKH ZARNUJI RAHIMAHULLAH TA’ALA)
Oleh : Muliayawan Gumilar, Syihabuddin, Dedah Jubaedah dan Yana Suryana
I. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hal fundamental dalam kehidupan seseorang. Karena pendidikan berbanding lurus dengan kualitas hidup manusia. Ada benarnya apa yang diucapkan oleh Socrates dan Plato bahwa pendidikan seyogyanya disesuaikan dengan zamannya.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, tidak lepas dari peran serta pendidikan dan sistem di dalamnya. Sehingga untuk menciptakan peradaban manusia, merekayasa pertumbuhan sosial, ilmu pengetahuan, teknologi serta kemajuan-kemajuan lain dalam berbagai aspek, maka kuncinya adalah pendidikan yang baik. Suatu sistem pendidikan yang berangkat dari pemikiran bahwa setiap individu mampu menemukan identitas, makna dan tujuan hidupnya melalui hubungannya dengan masyarakat, lingkungan alam dan serta nilai-nilai spiritual (pendidikan holistik).
Empat belas abad yang lalu Rasulullah Muhammad Saw memberikan isyarah kauniyah di tengah pergaulan dengan para sahabatnya bahwa setiap generasi memiliki keunikan dalam cara bagaimana mendidik mereka. Pesan tersebut tersirat dalam ucapan sahabat ‘Ali Bin Abi Thalib karramallahu wajhah.,
خَاطِبُوْا النَّاسَ عَلَى قَدْرِ عُقُوْلِهِمْ
Artinya : “Ajaknya manusia berpikir sesuai dengan kadar kemampuannya.”
Secara formal, generasi awal sudah memiliki format pendidikan tarbawi di serambi-serambi masjid Nabawi. Sehingga mereka disebut Ahli Shuffah. Memang pendidikan yang diterapkan oleh Rasulullah Saw belum diwadahi oleh lembaga resmi. Namun kalau ditelaah apa yang diterapkan sudah mengandung unsur-unsur pembelajaran holistik karena meliputi seluruh hal dan itu artinya bukan hanya bagian saja melainkan pendekatan yang utuh dan juga menyeluruh.
Dewasa ini, pendidikan di Indonesia lebih bercorak atau terkesan mengejar kepentingan kelompok tertentu. Hal ini, sangat membahayakan perkembangan peserta didik karena mereka diperlakukan seakan-akan objek percobaan. Sehingga perlu format pendekatan pendidikan sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah Saw.
Pola Pendidikan Islam sejatinya bukan sesuatu yang baru bagi masyarakat. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa pola tersebut sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari zaman ke zaman karena diperlihatkan oleh rasulullah saw dalam kehidupannya sehari-hari. Sehingga perlunya pendidikan dengan berbagai corak, berorientasi memberikan bekal kepada peserta didik untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Oleh karena itu, semestinya pendidikan Islam selalu diperbaharui konsepnya dalam rangka merespon perkembangan zaman yang selalu dinamis, agar peserta didik dalam pendidikan Islam tidak hanya berorientasi pada kebahagiaan hidup setelah mati, tetapi kebahagiaan hidup di dunia juga bisa diraih.
Pemikiran Pendidikan Islam sebetulnya dibangun diatas dasar pemikiran yang beragam mulai dari pemikiran filosofis, etis, dan ideologis yang bersumber secara normatif dari Al-Qur’an dan Sunnah maupun dipengaruhi oleh historis para pemikir Yunani dan Filosof Muslim.
Jika kita berkaca pada sejarah pendidikan islam khususnya pada masa terlahir para tokoh pendidikan islam masa klasik, tidak menutup kemungkinan pemikiran-pemikiran tentang pendidikan yang diajukan para tokoh klasik masih ada yang relevan dan dapat diterapkan pada masa sekarang di tengah-tengah situasi dimana umat islam sedang mencari model pendidikan yang unggul dan terpadu sebagai upaya menjawab kebutuhan umat. Sehingga perlulah kita kaji kembali sejarah pendidikan islam yang selanjutnya dapat diterapkan pada pola pendidikan islam masa sekarang.
Menyikapi persoalan di atas, sejarah mencatat bahwa islam telah banyak melahirkan sejumlah tokoh pendidikan di berbagai pelosok dunia islam. Misalnya: Syaikh Al-Zarnuji. Maka dalam makalah ini akan kami paparkan pemikiran Pendidikan Islam menurut Syekh Al-Zarnuji
II. PEMBAHASAN
Biografi Syaikh Al-Zarnuji
Di kalangan pesantren, khususnya pesantren tradisional, nama al-Zarnuji tidak asing lagi ditelinga para santri. Al-Zarnuji dikenal sebagai tokoh pendidikan Islam.Kitabnya yang berjudul Ta’lim al-Muta’allim merupakan kitab sangat populer yang wajib dipelajari di pesantren-pesantren. Bahkan para santri wajib mengkaji dan mempelajari kitab ini sebelum membaca kitab-kitab lainnya. Tapi siapa sebenarnya al-Zarnuji itu? Nama lengkap al-Zarnuji adalah Burhan al-Din Ibrahim al-Zarnuji al-Hanafi. Nama lain yang disematkan kepadanya adalah Burhan al-Islam dan Burhan al-Din. Namun, hingga kini belum diketahui secara pasti waktu dan tempat lahirnya al-Zarnuji. Nama “al-Zarnuji” sendiri dinisbatkan pada suatu tempat bernama Zarnuj, sebuah tempat yang berada di wilayah Irak.
Sementara kata “al-Hanafi” diyakini dinisbatkan kepada nama mazhab yang dianutnya, yakni mazhab Hanafi. Perjalanan kehidupan Syekh Zarnuji tidak dapat diketahui secara pasti. Meski diyakini ia hidup pada masa kerajaan Abbasiyah di Baghdad, kapan pastinya masih menjadi perdebatan hingga sekarang. Al-Quraisy menyebut al-Zarnuji hidup pada abad ke-13 M. Sementara para orientalis seperti G.E. Von Grunebaum, Theodora M. Abel, Plessner dan J.P. Berkey meyakini bahwa al-Zarnuji hidup di penghujung abad 12 dan awal abad 13 M. Al-Zarnuji menuntut ilmu di Bukhara dan Samarkand, dua tempat yang disebut-sebut sebagai pusat keilmuan, pengajaran dan sebagainya. Semasa belajar, al-Zarnuji banyak menimba ilmu dari; syekh Burhan al-Din, pengarang buku al-Hidayah; Khawahir Zadah, seorang mufti di Bukhara; Hamad bin Ibrahim, seorang yang dikenal sebagai fakih, mutakallim, sekaligus adib; Fakhr al-Islam al-Hasan bin Mansur al-Auzajandi al-Farghani; al-Adib al-Mukhtar Rukn al-Din al-Farghani yang dikenal sebagai tokoh fikih dan sastra; juga pada Syeikh Zahir al-Din bin ‘Ali Marghinani, yang dikenal sebagai seorang mufti.
Karya termasyhur Syekh Zarnuji adalah Ta’lim al-Muta’allim Thariq al-Ta’allum, sebuah kitab yang bisa dinikmati dan dijadikan rujukan hingga sekarang. Menurut Haji Khalifah, kitab ini merupakan satu-satunya kitab yang dihasilkan oleh al-Zarnuji. Meski menurut peneliti yang lain, Ta’lim al-Muta’allim, hanyalah salah satu dari sekian banyak kitab yang ditulis oleh al-Zarnuji. Seorang orientalis, M. Plessner, misalnya, mengatakan bahwa kitab Ta’lim al-Muta’allim adalah salah satu karya al-Zarnuji yang masih tersisa. Plessner menduga kuat bahwa al-Zarnuji memiliki karya lain, tetapi banyak hilang, karena serangan tentara Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan terhadap kota Baghdad pada tahun 1258 M.
Pendapat Plessner ini dikuatkan oleh Muhammad ‘Abdul Qadir Ahmad. Menurutnya, minimal ada dua alasan bahwa Syekh Zarnuji menulis banyak karya, yaitu: pertama, kapasitas Syekh Zarnuji sebagai pengajar yang menggeluti bidang kajiannya. Ia menyusun metode pembelajaran yang dikhususkan agar para siswa sukses dalam belajarnya. Tidak masuk akal baginya, yang pandai dan bekerja lama di bidangnya itu, hanya menulis satu buku. Kedua, ulama-ulama yang hidup di masanya, telah menghasilkan banyak karya. Karena itu, mustahil bila beliau hanya menulis satu buku. Tentang ada tidaknya karya lain yang dihasilkan sebenarnya dilukiskan oleh beliau sendiri dalam kitab Ta'limul Muta'allim Thariq Al-ta'allum, yang dalam salah satu bagiannya ia mengatakan: “…kala itu guru kami Syekh Imam ‘Ali bin Abi Bakar semoga Allah mensucikan jiwanya yang mulia itu menyuruhku untuk menulis kitab Abu Hanifah sewaktu aku akan pulang ke daerahku, dan aku pun menulisnya…” Hal ini bisa memberikan gambaran bahwa al-Zarnuji sebenarnya mempunyai karya lain selain kitabnya yang berjudul Ta'limul Muta'allim Thariq Al-ta'allum. Terlepas dari perdebatan itu, beliau merupakan tokoh yang telah memberikan sumbangan berharga bagi perkembangan pendidikan Islam. Karyanya, patut dikaji dan dipelajari.
KONSEP PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT SYEKH ZARNUJI
syaih arnuji telah lama dikenal sebagai pakar pemikir pendidikan. Dengan pengalaman mengajarnya dan penelitiannya di berbagai lembaga dan dari tempat mengajar tersebut beliau dapat dengan baik mengakomodir berbagai pengetahuan dan informasi terkait teknis, motivasi untuk membangkitkan moral dan spiritual, serta nasehat-nasihat atau kisah-kisah penuh hikmah.
Konsep Pendidikan Syekh Zarnuji dipengaruhi juga oleh pemikiran Yunani dan Islam, karena beliau lahir dalam tradisi berfilsafat yang sedang merebak di kalangan umat islam pada awal abad 13 Masehi pasca Imam Ghazali dan di Era Ibnu Rusyd.
Syaikh Zarnuji menuangkan pemikiran tentang berbagai masalah yang berkaitan dengan pendidikan dalam bukunya Ta'limul Muta'allim Thariq Al-ta'allum. Buku tersebut berisi pandangan beliau mengenai peserta didik, sikap seorang pencari ilmu sebelum, saat dan setelah mencari ilmu serta dan variasi pola pendidikan yang tersusun secara sistematis.
Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan menurut Syekh Zarnuji, yaitu:
Diarahkan kepada penanaman sikap dan paradigma yang berdiri di atas pemahaman tentang pengertian dan keunggulan ilmu dan fiqih. Syekh Zarnuji mendeskripsikan hukum mencari ilmu dan jenis ilmu apa yang wajib didahulukan dan dijaga.
Seseorang dituntut untuk mampu memenej apa, siapa dan bagaimana sebelum, saat dan setelah mencari ilmu. Sehingga beliau berpesan agar seseorang bersabar ketika memilih tempat dia ingin menimba ilmu, mursyid yang akan membimbingnya dan bahkan teman sekalipun yang erat kaitannya dengan tujuan pencapaian ilmu itu sendiri. Beliau memberi nasihat agar tidak cepat-cepat memutuskan lanjut atau tidak, namun mendorongnya untuk musyawarah dan menetap barang dua bulan lamanya agar ia mendapatkan pelajaran dan ilmu yang bermanfaat.
Diarahkan pada upaya untuk mempersiapkan diri agar mampu secara psychis bagaimana menghargai ilmu, ahlinya dan ulama. Sehingga seiring dengan waktu akan tumbuh kedewasaan dan kesadaran betapa pentingnya peran ilmu dan ulama di tengah masyarakat kelak ketika kembali mengabdi kepada masyarakat dan umat.
Diarahkan agar mampu menjaga dan mengembangkan sarana pendukung belajar. Sehingga menjadi model untuk meraih karunia Allah yang lebih mulia baik di hadapan manusia maupun di hadapan Allah Ta’ala.
Syekh Zarnuji mempunyai pandangan dasar tentang manusia yaitu tubuh dan jiwa. Sebagaimana pandangan Descartes tentang dualistis manusia. Sehingga tujuan Pendidikan menurut Syekh Zarnuji seyogyanya mengarah pada 2 hal:
Dimensi Jiwa
Tujuan utama (ultimate goal) pendidikan adalah lahirnya manusia sempurna (insan kamil). Insan yang beriman, bertaqwa dan berakhlakul karimah. Syekh Zarnuji mendeskripsikan keutamaan seseorang yang taat kepada Allah Ta'ala dan istiqomah menjalankan sunnah. Akan melahirkan efek psikis yang proporsional. Kondisi tersebut menjadi jembatan baginya untuk meraih ilmu dan buahnya ilmu , yakni menyebarkan dan mengamalkannya.
Dimensi lahir
Maksudnya adalah terbina seluruh potensi diri secara seimbang dan menyeluruh. Yang termasuk dimensi lahir menurut Syekh Zarnuji adalah:
Ketersediaan kurikulum yang menjadi fasilitator dalam berkembangnya seluruh potensi anak didik.
Kesiapan diri yang bersifat jasmani yaitu pembinaan fisik dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya seperti olahraga, tidur, makan, minum, dan menjaga kebersihan. Dengan pendidikan jasmani diharapkan terbinanya pertumbuhan fisik seorang anak dan membantu perkembangan kecerdasannya.
Kurikulum
Banyak ahli yang menjelaskan pengertian kurikulum. Secara umum kurikulum merupakan suatu sistem pengaturan dan rencana tentang bahan pembelajaran yang nantinya akan dijadikan pedoman dalam aktivitas belajar mengajar. Syekh Zarnuji juga menyinggung tentang beberapa ilmu yang perlu dipelajari dan dikuasai oleh seorang anak didik. Menurut Syekh Zarnuji kurikulum disusun berdasarkan tingkat satuan pendidikan dan kearifan lokal .
Klasifikasi kurikulum menurut Syekh Zarnuji mencakup lima unsur, yakni:
Spiritual
Hal pertama dan utama yang ditanamkan pada anak didik di sekolah adalah konsep nilai. Anak didik memiliki akumulasi nilai spiritual yang bersumber dari al-Quran dan al-Sunnah.
Seperti memiliki perspektif transendental (agung dan mulia) dalam memahami apa itu ilmu dan keutamaannya. Selanjutnya, membangun paradigma berpikir tentang bagaimana meraihnya? Yakni dengan cara tafaqquh fiddin. Mendalami agama terutama ilmu yang berkaitan dengan tata cara beribadah.
Sosial
Seorang pelajar tidak cukup dengan niat yang benar dan paham tentang agungnya ilmu dan fiqih. Anak didik seyogyanya memiliki kemampuan untuk mengaktualkan nilai diri secara mental ketika mencari mursyid, teman dan suluk dalam ilmu.
Seperti tenang dan sabar ketika akan memilih tempat menimba ilmu. Dari sini akan terlihat karakter seseorang. Menurut Syekh Zarnuji ada tiga karakter yang muncul, yakni rajulun tammun, rajulun naqisun dan laa syai.
Rojulun taammun artinya seseorang yang mampu mengaktualkan kemampuan intelektualnya dan emosionalnya secara proporsional dengan berpikir secara jernih dan matang serta bermusyawarh dengan ahlinya.
Rojulun naqishun artinya seseorang yang mampu mengaktualkan kemampuan intelektualnya dan namun belum mampu menguasai emosionalnya secara proporsional atau sebaliknya.
Rojulun la syai artinya seseorang yang tidak mampu mengaktualkan kemampuan intelektualnya dan emosionalnya sama sekali.
Kognitif
Struktur Kurikulum Pendidikan pada umumnya terdiri dari mapel wajib dan pilihan atau peminatan. Mata pelajaran wajib adalah mata pelajaran yang wajib diikuti oleh anak didik. Sementara mata pelajaran pilihan berarti mata pelajaran yang diminati oleh anak didik, ia bisa memilih sesuai dengan apa yang diminatinya.
Konsep Pemikiran Syekh Zarnuji dalam ranah kognitif mengacu kepada kebutuhan dasar dan ilmu terapan seperti disebutkan di atas. Dan belum dijelaskan arah pendidikan berdasarkan usia.
Afektif
Syekh Zarnuji tampak mencoba merumuskan metode belajar yang komprehensif holistik. Beliau menyebutkan beberapa kata kunci operasional untuk ranah afektif seperti menerima, merespon, menghargai, mengorganisasi dan karakteristik menurut nilai. Sikap tersebut merupakan tantangan bagi akademis yang berkompeten di bidang pendidikan.
Mata Pelajaran dalam Kurikulum
Berbicara tentang mata pelajaran, Syekh Zarnuji membagi pelajaran kepada 2 (dua) kategori, yaitu pelajaran yang bersifat teoritis dan pelajaran yang bersifat praktis atau pengetahuan terapan.
Mata Pelajaran Yang Bersifat Teoritis.
Menurut Syekh Zarnuji pelajaran yang bersifat teoritis dapat dibagi menjadi tiga bagian ilmu, yaitu:
Ilmu akidah dan akhlak yang dikategorikan sebagai ilmu yang berada pada urutan yang tinggi.
Ilmu al-Quran dan al-Hadis yang ditempatkan pada urutan pertengahan.
Ilmu Fiqih yang ditempatkan pada tempat ketiga.
Ilmu Tabi’ yang dikembangkan sesuai dengan kearifan lokal pada tempat kempat.
Yang secara rinci dijelaskan dalam kitab yang ditulis oleh beliau sendiri dalam kitab ta’limul muta’allim fi thariq al ta’allum, sebagai berikut:
Fasal 1: Pengertian Ilmu, Fiqih dan Keutamaanya.
Fasal 2: Niat dalam Belajar
Fasal 3: Memilih Ilmu, guru dan Teman serat Tentang Tabah
Fasal 4: Penghormatan terhadap Ilmu dan Ulama
Fasal 5: Ketekunan, Kontinuitas dan Minat
Fasal 6: Permulaan Belajar,kuantitas dan Tata Tertib
Fasal 7: Tawakal
Fasal 8: Waktu Berhasil
Fasal 9: Kasih sayang dan Nasehat
Fasal 10: Istifadah
Fasal 11: Waro dan ketika Belajar
Fasal 12: Penyebab Hafalan dan Penyebab Lupa
Fasal 13 Sumber dan Penghambat Rizki, Penambah dan Pemotong Usia
Mata Pelajaran yang Bersifat Praktis
Menurut Syekh Zarnuji, pelajaran yang bersifat praktis itu terbagi kepada tiga bagian:
pertama terdiri dari ilmu yang bertujuan membentuk akhlak dan perbuatan manusia yang mulia, sehingga dapat mengantarkan kepada kebahagiaannya hidup di dunia dan akhirat.
Kedua terdiri dari ilmu yang berupaya menjelaskan tentang tata cara mengatur pola hubungan yang baik dalam keluarga, guru, teman dan orang lain.
Ketiga ilmu yang mempelajari tentang politik, kepemimpinan, negara dan masyarakat.
Metode Pengajaran
Syekh Zarnuji berpandangan tentang metode pengajaran, bahwa suatu pelajaran tidak akan bisa disampaikan kepada anak didik hanya dengan menggunakan satu cara, melainkan dengan menggunakan berbagai cara sesuai dengan perkembangan psikologis setiap anak didik.
Metode yang ditawarkan Syekh Zarnuji adalah metode Talqin atau Talaqqi, demonstrasi, pembiasaan, teladan, diskusi, magang, penugasan targhib dan tarhib.
Metode Talqin atau Talaqqi: Metode talqin (direct learning) adalah pengajaran langsung, biasanya digunakan dalam pengajaran Al-Qur'an.
Metode Menghafal:
Metode Demonstrasi: dapat digunakan dalam pembelajaran yang bersifat praktik, seperti cara mengajar menulis.
Metode pembiasaan dan keteladanan : pembiasaan adalah termasuk salah satu metode pengajaran yang paling efektif, khususnya dalam mengajarkan akhlak.
Metode Diskusi Ilmiah: Dilakukan dengan cara penyajian pelajaran di mana siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang dapat berupa pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama. Syekh Zarnuji mempergunakan metode ini untuk mengajarkan pengetahuan yang bersifat rasional dan teoritis.
Metode Magang: Syekh Zarnuji telah menggunakan metode ini dalam kegiatan pengajaran yang dilakukannya. Para murid yang mempelajari belajar dari mursyidnya dianjurkan agar menggabungkan teori dan praktek.
Metode Penugasan: Metode penugasan ini dilakukan dengan menyusun sejumlah modul atau naskah kemudian menyampaikannya kepada para muridnya untuk dipelajarinya.
Metode Targhib dan Tarhib: Targhib atau ganjaran, hadiah, penghargaan ataupun imbalan sebagai motivasi yang baik.
Konsep Guru
Adapun pemikiran serta pendapat Syekh Zarnuji mengenai guru yang baik adalah guru yang beraqidah yang kuat (beriman), shaleh, cerdas, berani, tegas, hebat, bersih, dan menghormati manusia. Cakap dalam mendidik anak, berpenampilan tenang, jauh dari berolok-olok dan main-main di hadapan muridnya, tidak bermuka masam, sopan santun, berhati bersih dan suci.
Seorang guru juga menurut Syekh Zarnuji harus bisa menjaga dan membimbing anak dalam membiasakan kebaikan dan menjauhi kebiasaan yang buruk dan perilaku yang jahat, dan membaurkan anak didik dalam kondisi masyarakat yang baik. Kedua, setelah anak itu berkembang guru harus membimbing anak tersebut kepada pekerjaan yang akan dijadikan keahliannya.
Kemudian seorang guru menurut Syekh Zarnuji sebaiknya dari kaum pria yang terhormat dan menonjol budi pekertinya, cerdas, teliti, sabar, telaten dalam membimbing anak-anak, adil, hemat dalam penggunaan waktu, gemar bergaul dengan anak-anak, tidak keras hati dan senantiasa menghias diri.
Seorang guru pun menurut Syekh Zarnuji harus memberikan pengajaran kepada anak dengan hati-hati, melatih dan membina emosi anak, serta mampu mengenali kecerdasan anak didik sehingga ia dapat memilih keahlian dan pekerjaan.
KESIMPULAN
Nama lengkap Syekh Zarnuzi adalah Syekh Burhanuddin al-Zarnuji. Beliau dilahirkan di kota Zarnuj masuk wilayah Irak. Adapun catatan person-nya, sampai sekarang belum ditemukan literaturnya. Karena pada masa hidupnya terjadi kekacauan yang puncaknya pemberontakan dan perebutan kekuasaan wilayah oleh Hulagu Khan dari pasukan Mongol. Yang saat itu, dokumen terkait dengannya dibakar habis sehingga tidak diketahui kitab-kitab yang telah ditulis dan termasuk dokumen Syekh Zarnuji sendiri.
Metode yang ditawarkan Syekh Zarnuji adalah:
Metode Menghafal
Kemampuan menyerap materi dengan mengulang-ulangi apa yang dipelajari sampai dikuasai di luar kepala.
Metode Demonstrasi
Dapat digunakan dalam pembelajaran yang bersifat praktik, seperti cara mengajar menulis.
Metode pembiasaan dan keteladanan
Pembiasaan adalah termasuk salah satu metode pengajaran yang paling efektif, khususnya dalam mengajarkan akhlak.
Metode Diskusi Ilmiah
Dilakukan dengan cara penyajian pelajaran di mana siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang dapat berupa pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama. Ibn Sina mempergunakan metode ini untuk mengajarkan pengetahuan yang bersifat rasional dan teoritis.
Metode Magang
Syekh Zarnuji telah menggunakan metode ini dalam kegiatan pengajaran yang dilakukannya. Para murid yang mempelajari belajar dari mursyidnya dianjurkan agar menggabungkan teori dan praktek.
Metode Penugasan
Metode penugasan ini dilakukan dengan menyusun sejumlah modul atau naskah kemudian menyampaikannya kepada para muridnya untuk dipelajarinya.
Metode Targhib dan Tarhib
Targhib atau ganjaran, hadiah, penghargaan ataupun imbalan sebagai motivasi yang baik.
Konsep Guru menurut Syekh Zarnuji adalah sebagai berikut:
Guru harus memiliki: Keimanan, keshalehan, kecerdasan, keberanian, ketegasan, hebat, bersih, berhati bersih, sopan santun, dan sikap menghormati orang lain.
Guru harus bisa menjaga dan membimbing anak dalam membiasakan perilaku baik dan menjauhi perilaku buruk
Guru harus membimbing anak kepada pekerjaan yang akan dijadikan keahliannya sesuai dengan minat dan bakat anak setelah beranjak tumbuh dewasa.
Guru harus bisa mengarahkan pelajaran sesuai psikologis anak dan membina emosi anak.
DAFTAR PUSTAKA
Salih Munajjid, Muhammad. 2013 Tentang Website - Soal Jawab Tentang Islam (islamqa.info). Diakses tanggal 3 November 2021.
https://www.islamweb.net/ar/fatwa/26634 diakses tanggal 3 November 2021
Abdul Wadud Kasful Humam. 2018. Kisah Ahlus Shuffah: Sahabat Rasulullah yang Tinggal di Masjid Nabawi. Islami.co. Diakses tanggal 3 November 2021.
Guru IPS. 2021. Pengertian Holistik, Ciri, dan Contohnya. ipsterpadu.com/pengertian-holistik/. Diakses tanggal 3 November 2021
Zianuddin Alavi, Pemikiran Pendidikan Islam Pada Abad Klasik dan Pertengahan, terjemahan Abuddin Nata dari Muslim Educational Thought in The Middle Age, (Montreal, Canada: 2000) bab II, III.
Aliy As’ad. 1978. Terjemah Ta’lim Muta’allim Bimbingan Bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan. Kudus, Jawa Timur: Menara Kudus.
Ilham Prasetya. 2021. Pengertian dan Fungsi Kurikulum beserta Menurut Para Ahli.
Pengertian Kurikulum, Fungsi, Komponen dan Menurut Para Ahli (ayoksinau.com). Diakses tanggal 6 November 2021.
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode Klasik dan Pertengahan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010) hlm. 240
SMAN 1 DUKUN. 2021. Struktur Kurikulum 2013 SMA/MA (Sesuai Dengan Permendikbud No. 69 Tahun 2013). Struktur Kurikulum 2013 SMA/MA (Sesuai Dengan Permendikbud No. 69 Tahun 2013) ~ SMAN 1 DUKUN (smandugres.sch.id). Diakses tanggal 6 November 2021
Dwi Erni Wulandari. 2018. PENDIDIKAN HOLISTIK DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM. http://repository.radenintan.ac.id/id/eprint/4847. Diakses tanggal 6 November 2021.
Guru Honorer id. 2019. Kata kerja operasional (KKO) ranah Kognitif Afektif Psikomotor. Kata kerja operasional (KKO) ranah Kognitif Afektif Psikomotor | GuruHonorer.id. Diakses tanggal 6 November 2021.
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode Klasik dan Pertengahan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010) hlm. 240
Zianuddin Alavi, Pemikiran Pendidikan Islam Pada Abad Klasik dan Pertengahan, terjemahan Abuddin Nata dari Muslim Educational Thought in The Middle Age, (Monteral, Canada: 2000) hlm. 87
Yusuf Alyan Sarkis, Mu’jamul Muthbu’at, I / 969
Komentar
Posting Komentar